Thursday, June 27, 2013

Keramahan yang Hilang

Setelah sekian lama, akhirnya mencoba lagi untuk menulis. Banyak sekali materi yang berputar di otak ini. Negeri ini telah lama merdeka, hampir 68 tahun. Negeri yang sangat subur, sangat kaya akan sumber daya alam, dan kaya akan semua hal. Pernah saya membaca sebuah ungkapan yang intinya tak akan ada negara yang “memusuhi” negeri ini, yah karena sumber daya alamnya. Negera adidaya AS pun sangat bergantung dengan Indonesia, negara macan asia seperti Jepang dan Korea Selatan sangat bergantung selain sebagai sumber bahan baku produksi mereka namun juga sebagai pasar yang luar biasa.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat pergi di pusat penjualan hp yang cukup ternama di Surabaya, ya Pasar Marina, kenapa bukan Plaza Marina, karena ramainya udah kayak pasar. Luar biasa. Disana kita bisa lihat orang beli hp mirip orang beli kacang rebus di pasar malam, atau orang beli pentol (makanan sejenis bakso, namun dengan bahan lebih sederhana) di pasar minggu. Bayangkan jika negeri ini menghilang, apa akibatnya bagi mereka semua.

Namun, ada satu yang cukup miris di negeri ini. Apalagi kalau bukan tentang kesejahteraan. Kesejahteraan siapa? Seluruh rakyat. Kalau boleh jujur dari level atas sampai bawah juga memang belum sejahtera. Saya berani bilang, pejabat kita gajinya mungkin juga jauh dibawah negara lain yang lebih miskin. Apalagi rakyat kita yang paling bawah. Bagaimana sebenarnya melihat kesejahteraan suatu negara. Salah satunya yang kita lihat paling mudah adalah pendapatan per kapita. Negeri seperti Brunei, Malaysia atau Singapore pendapatan perkapita mereka bias 5 bahkan 10 kali negeri ini. Negara mereka tidak sekaya kita.

Kenaikan pendapatan masyarakat tiap tahun tak akan berarti jika inflasi masih selalu ada, dalam artian kenaikan gaji ya hanya untuk menutupi kenaikan barang. Jadi misalkan anda punya uang 100.000 sepuluh tahun lalu mungkin nilainya sama dengan 1.000.000 saat ini. Bagaimana caranya agar uang yang kita miliki sangat bernilai. Kalo perlu semakin naik nilainya. Lebih pendapatan tak naik tapi nilai mata uang naik. Itu kita akan sejahtera nantinya. Sejahtera dalam segala hal.

Selain kesejahteraan tadi, ada satu hal yang membuat hati kita lebih miris. Apalagi kalau bukan keramahan dan penindasan jaman baru di jaman sekarang ini. Orang kaya dan orang miskin seakan yang kaya merasa paling kuat dan hebat. Tatanan social masyarakat kita nampaknya mulai berubah, bukan lagi yang muda menghormati yang tua, namun yang miskin menghormati yang kaya. Pekerja seakan seperti prajurit yang harus hormat terhadap atasan. Di lain pihak kita bangga banyak orang muda yang sukses, menjadi pengusaha muda. Banyak pula yang masih muda namun sudah memiliki kedudukan lebih tinggi, ilmu yang jauh lebih hebat. Keramahan negeri ini mulai hilang. Bukankah kita harus tetap hargai setidaknya tak merendahkan mereka yang lebih tua, meski mereka mungkin bawahan kita. Pernah saya melihat seorang bos yang merasa lebih hebat, dengan enaknya duduk duduk sambil melihat pekerja yang sedah bekerja keras. Dengan sikap yang seakan akan dirinya paling kuat.

Bagi saya pribadi, kita harus maju, sukses, bahkan lebih pandai sejak muda. Tapi nilai nilai keramahan, tata karma, dsb jangan pernah hilang. Kita sukses mungkin juga dari mereka. Sehebat apapun kalau kita ketemu guru TK kita, mereka jauh lebih hebat. Mereka lah yang mengajari kita membaca, menulis, dan semua hal yang akhirnya membuat kita jadi sesukses ini. Kalo orang dulu bilang, “agar ilmu bermanfaat hargailah guru guru kita”. Agar kita dihargai hargailah orang lain. Kita bukan gila hormat, tidak juga gila dihargai. Namun, kita semua harus sadar bahwa bangsa ini punya tatanan yang baik. Budaya yang baik. Akan sangat indah jika kita maju, namun juga tetap santun. Kalau hanya maju saja apa bedanya dengan bangsa bangsa yang telah duluan maju. Dan kita juga harus ingat dunia adalah persinggahan, jadi tetap hargai siapapun. Banyak yang dulunya bawahan kita akhirnya nanti diatas kita, atau sebaliknya kita yang akan naik kelas suatu hari nanti. Keramahan harus tetap ada, meski saya tahu, sulit. Maju terus Indonesiaku. Jadi bangsa yang maju namun tetap santun. Dunia pernah mengenal kita sebagai bangsa yang ramah. Apa hanya akan menjadi sejarah keramahan kita? Tergantung saya, anda dan kita semua. 

Saturday, June 1, 2013

Antara Kesuksesan dan Jurusan Kuliah

Musim penerimaan mahasiswa baru sudah tiba. Beberapa sudah mendapatkan kursi yang diidam-idamkan. Jalur SNMPTN sudah diumumkan minggu ini dan banyak sekali yang sukses meraih jurusan yang diinginkan. Bagi yang sudah selamat, bagi yang belum tentu harus tetap semangat.

Seberapa pengaruh jurusan dan kesuksesan. Apakah harus memilih yang tertinggi, apakah jurusan yang tidak popular tidak ada potensi untuk sukses. Jawabannya semua jurusan punya potensi untuk gagal dan untuk sukses. Apakah semua yang masuk di Informatika dan Kedokteran sukses? Belum tentu juga. Semua kembali ke pribadi masing-masing. Bagaimana tiap orang bias mengembangkan profesinya.

Kalo mau jujur semua yang kita terima di Perguruan Tinggi adalah dasar yang harus kita kembangkan sendiri. Seorang dokter jika tidak mau terus belajar dan mengembangkan ilmu maka tidak akan ada kesuksesan yang dia raih. Seorang jurusan pertanian misalnya bias menemukan hal hal baru dalam usaha pembenihan atau varietas baru, pengolahan makanan baru maka dia bias menjadi lebih sukses dari seorang dokter atau seorang ahli dibidang Informatika.

Jadi, apapun pilihan kalian harus dipastikan bahwa kalian memang suka, memang berminat dengan bidang tersebut. Buat apa memilih yang paling bagus kalau kalian hanya terpaksa, karena pada akhirnya juga akan kalah dan susah bersaing dengan mereka yang memang mau mengembangkan karir dan profesinya.

Semoga sukses calon mahasiswa baru 2013.