Saturday, November 30, 2013

Berpikir Positif tentang AFTA 2015 (Dokter Asing?)



Berita positif bisa membawa pikiran yang positif, dan pada akhirnya akan membawa semangat positif juga dalam berkarya. Sebaliknya berita yang cenderung negatif bisa membawa ke pikiran negatif, sikap curiga, iri dan akhirnya juga akan membawa ke banyak kejahatan. Saya sejak jaman SMA lumayan tertarik juga tentang media, pernah dulu buat Karya Tulis Ilmiah jaman SMA topiknya simpel juga tentang pengaruh media terhadap gaya hidup konsumtif. Bahkan tulisan di blog saya juga banyak tentang peranan media (berita positif) dan pengaruhnya dalam perkembangan bangsa ini. Coba bayangkan jika media mengangkat tentang kesuksesan kita menjadi juara Olimpiade Fisika Tingkat Internasional, Keberhasilan peneliti kita menemukan vaksin atau obat obatan baru, Keberhasilan dokter kita melakukan operasi yang sulit, Kemandirian insinyur kita dalam menerapkan teknologi canggih, Kemenangan Team Bulutangkis kita menjadi Juara Dunia beberapa waktu lalu. Jika semua itu ada, maka akan banyak warga negrara yang punya pikiran positif, semangat yang positif dan tentu akan membawa perbaikan dalam bangsa ini. Coba hitung mulai besok berapa banyak headline media kita berita positif dan negatif?


Oke, kembali ke judul diatas. Perdangangan bebas, baik barang dan jasa tentu selalu menjadi berita yang menyeramkan di Indonesia. Coba kita baca dan dengar tulisan di media atau komentar yang ada, bagaimana jika nanti ada perdagangan bebas, bisa habis produksi kita, bagaimana barang kita bersaing, dsb. Banyaknya berita dan komentar negatif tersebut, membawa lagi ke pikiran negatif yang justru semakin menjatuhkan semangat kita. Dalam perdangan bebas berlaku hukum resiprokal, timbal balik, kalo negara asing dalam perdangangan bebas bisa bebas mengirim apapun ke kita, kita juga punya hak yang sama. Dalam artian peluang kita untuk berkarya dan bahkan berkarir dimanapun juga semakin besar. 


Apakah kita mampu? Jangan salah, Indonesia negara hebat. Kita semua, saya yakin, baik engineer, doctor, dan profesional yang ada di negara ini dibentuk dalam kondisi yang tidak ideal. Kita sangat paham bahwa negara kita minim dalam fasilitas, minim dalam dana, dsb. Tapi kenyataan banyak juga kan karya luar biasa yang dilakukan oleh profesional kita. Mungkin sudah banyak mendengar seorang dokter yang dengan banyak keterbatasan di daerah mampu menolong pasien pasien yang dalam nalar negara maju pasti tidak mungkin. Tanpa alat, tanpa fasilitas. Begitu pula, rasanya tidak mungkin insinyur kita menemukan teknologi baru karena alat kita minim. Tapi kenyataannya apa? Masih sangat banyak teknologi teknologi baru yang ditemukan anak bangsa meski dengan keterbatasannya. 


Apa artinya ini semua? Coba bayangkan jika profesional kita dengan fasilitas yang ala kadarnya bisa sehebat itu, bagaimana jika dengan fasilitas yang lengkap. Kita anggap negara asing punya fasilitas lengkap, saya yakin jauh berprestasi dan akan sangat jauh dihargai profesional kita, baik insinyur, dokter, dan profesional lain. Mudahnya seperti ini, jika kita dengan alat ala kadarnya bisa menolong orang yang harusnya tidak tertolong bagaimana jika dengan alat sangat lengkap. Jika dengan fasilitas IT yang minim kita bisa membuat software yang diakui dunia bagaimana jika fasilitas IT nya sungguh lengkap. Saya yakin akan sangat luar biasa. Contoh lebih mudahnya seperti ini, jika kita anggap Indonesia motor manual dan asing motor matik, atau mobil dengan transmisi manual dengan mobil transmisi matik, maka sudah pasti akan sangat lebih mudah beralih dari manual ke matik, kesulitan yang dihadapi jauh lebih sedikit dibanding dengan mereka yang sebaliknya. 


Intinya, jangan takut dengan pasar bebas. Pun, dengan kemungkinan dokter asing, insinyur asing, apapun itu. Kalo mereka bisa masuk, kita bisa juga loh masuk ke sana. Tetap tingkatkan kualitas diri, profesionalitas, dan selalu belajar maka saya yakin kita semua akan menjadi profesional Indonesia yang diakui dunia. Anda mau kerja dimanapun, dunia akan membutuhkanmu. Jadi tetap berpikiran positif, semangat, dan pastikan dunia dalam genggamanmu kawan.


Maju terus Indonesiaku..

Friday, November 29, 2013

Bagaimana Idealnya Dokter di Masa Depan?



Bagaimana Idealnya Dokter di Masa Depan?


(Pandangan Saya Pribadi)




“to Cure Sometimes, to Treat Often, to Comfort Always”

-Hipocrates-



Menurut pengalaman saya pribadi saja,

Hal yang sebenarnya sangat diinginkan pasien adalah kenyamanan
(to Comfort Always)
Untuk nyaman diperlukan komunikasi yang baik, komunikasi ini harus bisa terjalin baik antara dokter dan pasien. Jadi dalam pemeriksaan ini memang idealnya dilakukan pada rawat jalan, dalam suasana yang santai. (bukan kondisi gawat)

Nah, bagaimana agar bisa dilakukan pemeriksaan di rawat jalan?
Tentunya kita semua, saya dan semua masyarakat harus sebisa mungkin menjaga kesehatan kita, berusaha agar diri kita tidak gawat, misalnya jika menjaga diri kita dengan tekanan darah yang baik, kondisi gula darah yang baik, kondisi kolesterol yang baik diharapkan tidak ada kegawatdaruratan dalam kita berupa serangan jantung dan stroke. Jadi general check up (cek up rutin tahunan atau 6 bulan) harusnya mulai kita biasakan mulai detik ini. 

Komunikasi yang baik juga dibutuhkan sebuah waktu, untuk menjalin sebuah relaasi, trust (kepercayaan), tidak mungkin hanya dengan satu dua menit. Maka dari itu idealnya mungkin satu pasien bisa 30 menit. Bahkan kalau perlu bisa saja dengan sistem janjian beberapa hari sebelumnya. Tujuannya tidak lain adalah agar komunikasi terjalin dengan baik.

Sistem ini yang ada di negara maju, dokter nyaman, pasien juga senang. Kita bisa melakukan ini semua tapi tentu dengan berbagi konsekuensi, 

pertama: kita harus siap dengan namanya budaya antre, karena mungkin kita harus sabar 1-2 hari untuk sekedar bertemu dokter. 

kedua: jumlah dokter harus ideal di suatu wilayah (bahkan di kota besar sekalipun jumlah dokter tertentu masih sangat kurang)

ketiga: kita juga harus siap dengan biaya yang tidak sedikit, saya pernah mendengar bahwa ada di sebuah negara yang biaya konsultasi dihitung per menit (atau per jam) saya lupa. tapi ini akan ideal, di satu sisi dokter akan melayani semua konsultasi dengan baik tanpa memikirkan berapapun pasien dan pasien juga bisa bertanya apapun yang dia mau. 
Menurut saya pekerjaan apapun baik dosen, konsultan, engineer, atau dokter akan jauh lebih baik jika bekerja dalam waktu, performance manusia terbatas, dan pasti akan turun jika melewati ideal waktu bekerja. 

keempat: sistem kesehatan juga harus bagus, tidak mungkin jika kita melakukan ini dan kemudian ada 100 pasien di belakang yang antre.

Kenapa saya selalu bilang profesional? karena memang sudah selayaknya begitu, mereka yang ada di negara maju lebih bangga menyebut dirinya profesional. Saya tahu tidak akan bisa ideal jika sistem yang ada di Indonesia seperti ini. Saya tulis ini sebenarnya saya pribadi dan dokter kita juga ingin dengan sistem seperti ini. 

Karena kita juga harus menjadi negara maju juga bukan? Saya yakin semua jawab iya, agar kita bisa sejajar dengan bangsa lain termasuk dengan tetangga kita. 

Sekali lagi, kondisi diatas adalah kondisi di rawat jalan, bukan emergency unit yang memang memerlukan protokol khusus di emergency unit (ugd/ird)

Siapkah kita berubah? Jika misal dokter siap, masyarakat tidak siap, pemerintah tidak siap, maka tidak akan bisa.
Jadi mau tidak mau kita semua harus siap.
Semoga tidak terlalu lama lagi kondisi ideal ini tercipta.

Mohon maaf jika ada salah kata. Saya hanya manusia biasa, tetap kebenaran yang sesungguhnya hanya milik Allah.

Maju terus Indonesiaku..

Prosedur Kegawat-Daruratan dan Naluri Bangsa

Prosedur Kegawat-Daruratan dan Naluri Bangsa 
(Sebuah Pandangan Sederhana untuk Indonesiaku)

Kita hidup di bumi Indonesia yang penuh dengan nilai nilai luhur. Salah satu nilai yang sungguh baik adalah budaya untuk saling menolong. Kita sudah terbiasa diajarkan sejak kecil bahwa jika ada orang lain yang jatuh di depan kita, sebaiknya kita tolong. Saya masih ingat betul bahwa nilai nilai ini sudah ditanamkan sejak jaman kita SD atau bahkan TK. Dulu ada pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) atau sekarang berubah menjadi PPKN (atau sudah berubah lagi?). Saya juga masih ingat tentang soal soal yang jawabannya selalu tolong menolong, saling menolong, dsb.

Kemajuan jaman mau tidak mau mengubah pola pikir dan tatanan kehidupan. Saya dulu pernah ikut PMR, meski jujur saya bukan anggota yang rajin, mungkin termasuk malas. Tapi ada satu hal yang sampai saat ini selalu saya kenang. Saat PMR jaman SMP (SLTP) dulu ada ujian untuk kartu anggota PMR. Nah untuk apa kartu anggota PMR ini? Sekali lagi seingat saya (karena memori ini sudah hampir 15 tahun lalu) digunakan jika sewaktu waktu kamu menolong orang kemudian orang itu meninggal tak masalah, karena kamu sudah punya kartu ini. Kartu ini bukti kamu mampu dan bisa. Sejenak saya jujur jadi merasa takut, wah serem juga ya, tapi bukan itu maksudnya. Maksudnya bahwa kalian sudah bisa dan mampu melakukan pertolongan dengan baik dan lakukanlah yang terbaik, masa iya anak SMP mau menolong orang kemudian terjadi apa apa mau disalahkan? saya rasa tidak, sekali lagi kita masih punya nurani.

Kita pun diajarkan bahwa dalam prinsip prinsip menolong ada singkatan "PATUT" (Mohon koreksi dari yang berkompeten dibidang PMI atau PMR), P yang pertama adalah penolong mengamankan dirinya sendiri. Baru, yang lain lain. Masuk diakal juga ketika ada bencana bagaimana jika kita tidak bisa menyelamatkan diri sendiri mau menolong orang lain. 

Semakin kita maju dan tatanan semakin baik, ada satu yang jika boleh saya bilang cukup disayangkan. Perlindungan bagi penolong kegawatdaruatan semakin minim. Perlu kita ketahui orang dalam kondisi gawat darurat harusnya mendapatkan pertolongan dalam hitungan detik, menit, dan tiap waktu yang berputar sungguh berharga. Saya pernah baca karena prosedur yang sedemikian ini di negeri Amerika Serikat sana, sudah jarang orang yang mau menolong kecelakaan di jalanan jika bukan tenaga yang benar benar ahli dan mendapat ijin. Sekali lagi karena masalah prosedur dan jaminan hukum bagi penolong. Mungkin bagi negeri yang sangat maju tidaklah masalah, anda tinggal telepon dan dalam hitungan menit team penolong lengkap dengan alat alat canggih tiba, lalu lintas lancar, dan banyak kemudahan fasilitas disana. Bagaimana dengan kita, Indonesia? Apa iya kita mau menyia-nyiakan korban harus meninggal di jalanan hanya karena prosedur yang begitu ketat dan sulitnya. Padahal saya tahu nurani saya, anda, kita semua, ingin menolong, meski hanya pertolongan sederhana. 

Apakah ini tidak berlebihan asumsi ini? Saya rasa tidak, karena pada prinsipnya gawat darurat adalah gawat darurat, tak peduli di UGD, di jalan, di restoran, bandara, dsb. Sekali lagi hal ini mungkin benar hanya menjadi ketakutan bagi sebagian orang yang paham akan rumitnya prosedur, baik ahli hukum, tenaga kesehatan atau orang orang yang tahu akan seperti apa nanti resiko ketika menolong. Kegawatdaruratan adalah soal life saving, death or alive, waktu yang sekian menit hilang akan membunuh sekian banyak nyawa. Prosedur, persetujuan memang benar itu perlu, tapi bagaimana andaikan kita sedang jatuh di jalan, dan kita berkendara sendirian? Sementara tidak ada keluarga atau orang yang kenal kita? Apakah kita akan merelakan diri kita meninggal di jalanan hanya karena ketakutan masyarakat atau orang yang paham tentang pertolongan darurat akan hukuman? Sementara jelas kita tidak bisa tanda tangan atau menulis di selembar kertas, karena kita sedang menjadi korban. 

Perspektif ini punya dampak yang luar biasa. Ada sebuah opini yang pernah saya kirim di sebuah surat kabar meski akhirnya ditolak. Opini tersebut tentang AED (alat defibrilator jantung otomatis) di tempat umum. AED banyak ditemukan di tempat umum di negara maju sana, kita mungkin masih terbatas hanya di bandara. Tulisan saya waktu itu bekaitan dengan keprihatian akan banyaknya korban serangan jantung yang harus meninggal di tempat umum, sebelum mendapatkan pertolongan. Jadi mudahnya AED adalah alat yang sangat penting untuk memberikan pertolongan pertama pada penderita dengan serangan jantung. Kita tahu bersama prosedur ini mungkin memang benar sudah seperti prosedur medis, namun alat ini sesungguhnya diciptakan untuk orang yang bukan tenaga kesehatan saja, dalam artian masyarakat umum siapapun. Kita sudah sangat paham bahwa penderita serangan jantung punya resiko kematian yang sangat besar, bahkan meskipun sudah ditolong dengan alat AED ini. Apakah iya kita harus memintai persetujuan orang yang sudah antara hidup dan mati ini pada secarik kertas? Mimpi saya agar AED bisa ada di tempat umum, dan angka kematian akibat serangan jantung di tempat umum di Indonesia menurun bisa pupus sudah. 

Ada kalanya kita berada pada sebuah kondisi yang sulit, tapi kita juga harus paham bahwa kita punya nurani. Bangsa ini punya budaya yang sunguh luhur, budaya saling tolong menolong. Saya ingin Indonesia maju, tapi tetap dengan nilai nilai luhur. Karena itu menjadi nilai lebih bagi kita, buat apa kita maju, tapi kita biarkan orang orang yang jatuh di depan kita pada jaman nenek moyang kita dulu selamat, tapi justru di depan kita karena sulitnya prosedur mereka justru mati di depan kita pada jaman yang modern ini. 

Tulisan ini hanya sebuah perspektif pribadi, yang mungkin berlebihan. Tapi jujur saya mulai merasa khawatir bahwa nilai ini akan benar benar hilang kedepannya. Ketika orang yang paham akan rumitnya prosedur, sudah takut akan resiko pada dirinya, maka perlahan masyarakat umum akan ikut. Dan jangan sampai orang tercinta kita harus mati karena prosedur yang kita buat sulit sendiri. 

Sekali lagi, Mohon Maaf Jika ada Salah Kata, Kebenaran yang Sesungguhnya Hanya Milik Allah..

Mohon koreksi, karena tulisan ini banyak yang berkaitan dengan memori beberapa tahun lalu.

Akhir kata, Maju Terus Indonesiaku dan Tetap Berbudi Luhur..

Wednesday, November 6, 2013

Tugas Manusia adalah Berusaha

Pagi 2 Muharram, masih dalam suasana tahun baru hijriyah kan. Kalo tahun baru masehi aja bisa lama sekali kita mengingat suasanya, kali ini tahun baru hijriyah juga harus ya. Mau sedikit sharing tentang topik diatas. Tugas manusia memang hanya berusaha. Kalo mau ditambahkan berdoa sendiri boleh, atau mau dimasukkan dalam usaha juga. Karna sejujurnya doa adalah usaha kita juga. Saya singkat jadi berusaha saja.

Banyak dari kita yang punya mimpi A, B dan C. Punya target setinggi langit, mau jadi sangat pintar, sangat kaya, sangat hebat, dsb. Kita pun bahkan kadang sudah merasa yang terhebat, terpintar, tercantik, dan ter ter yang lainnya. Tapi mungkin karena terlalu hebatnya kita sampai merasa bahwa mimpi kita itu pasti tercapai. Kadang kita lupa bahwa yang menentukan sukses atau tidak bukan kita. Saya tahu kita akan stress jika harus memikirkan hasil, nilai, uang, dsb. Bahkan sampai lupa dan akhirnya malah tidak berusaha.

Ada orang yang disekitar justru yang usahanya kita lihat santai malah sukses. Sekali lagi kita lihat tapi mungkin kita tak tahu bagaimana usaha yang tidak kita lihat. Mungkin beliau luar biasa dalam berdoa. Sangat pandai mengatur waktu di kala santai, dsb. Jadi agar kita selalu semangat dan yakin ada yang terbaik maka coba ditanamkan bahwa tugas kita adalah berusaha. Hasil pasti ada yang terbaik dari Allah yang menguasai alam semesta. Berusaha (usaha & doa) yang terbaik, lalu kita pasrahkan maka akan sukses Insya Allah kita.


Mari kita tetap berusaha ya… Karna tugas manusia ya berusaha tadi.. Jangan Menyerah.. Karna pasti ada perubahan yang baik kalo kita mau berusaha dengan baik. 

Tuesday, November 5, 2013

Selamat Tahun Baru Hijriyah

Selamat Tahun Baru Hijriyah..
Semoga Tahun Ini segalanya lebih baik dari yang kemarin..

Semoga dosa-dosa kita diampuni Allah..
Dan semua kebaikan ditambah...

Berkata sangatlah mudah..
Lebih mudah lagi hanya bermimpi..
Namun, jika kita yakin bisa lebih baik..
Insya Allah dari hari ke hari,
kebiasaan buruk kita akan digantik dengan kebaikan..

Ayo.. Berhijrah untuk jadi lebih baik...

Saturday, November 2, 2013

Apa yang Kamu Sesali dari Hidup Ini?



Penyesalan tiada guna, itu sudah menjadi frase yang diingat semua orang. Hari hari ini media dan kita semua diramaikan dengan berita tentang demo buruh. Dibarengi kemarahan dari pengguna jalan. Dan uniknya lagi hampir semua langsung membandingkan dirinya dengan buruh. Akhirnya lama lama banyak yang menyesal sekolah tinggi, menyesal dengan kerjaan sekarang, dsb. Hey.. Kita semua harus merenung sejenak nampaknya. Kenapa? Karena sudah ada nilai iri hati kan, bentar lagi dengki, bentar lagi menghasut, dan pintu untuk berbuat kejahatan semakin besar. Apa maksudnya? Bersyukurlah kawan, bersyukur, dan terima apa yang ada sekarang, berjuang dan berusaha untuk jadi lebih baik itu yang penting.

Kita sadar, kita berada di negara yang masih berkembang, sekali lagi berkembang (developing not developed}, apa artinya? Artinya kita harus berkembang, harus jadi lebih baik, dan selalu optimis akan semakin jadi lebih baik. Apa kamu mau menyesal juga kamu lahir di negeri ini? Lama lama kamu menyesal juga kamu kenapa hidup dan dilahirkan.. :)
 
Kawan, dengarkan sesaat ya..

Dibalik kelebihan seseorang pasti ada kekurangannya, dan sebaliknya. Apa kamu selalu merasa bahwa mereka yang berada di kawasan elite jauh lebih bahagia dari dirimu yang mungkin berada di kawasan sederhana? Apakah kamu tidak sadar bahwa banyak orang orang hebat diatas sana yang hanya bisa makan dari cairan infus mahal tanpa rasa, sedangkan dirimu masih bisa makan pecel, bakso, siomay, dan semua jajanan yang ada? Apakah kamu yakin mereka yang ada di mobil mewah sana bisa dengan bebas berhenti di pinggir jalan untuk sekedar sholat di masjid, makan di tempat dimanapun yang mereka mau? (kenyataanya banyak yang gak bisa sebebas itu kan) 

Jadi buat kamu menyesal bahkan membandingkan dengan orang lain, jangan jangan usia kita habis hanya buat membanding-bandingkan dan tahu tahu sudah tua tidak berubah juga kebaikan kita. Intinya, terima apa yang kamu miliki sekarang, kalo hari ini semisal gajimu 50 ribu rupiah perhari, usahakan besok naik 51 ribu saja, dalam 3 tahun lagi gajimu juga sudah 1 juta per hari, Itu lebih baik daripada hari ini gajimu 100 ribu per hari dan tiga tahun kedepan masih sama saja. Ini hanya sebuah perbandingan paling sederhana dari sebuah uang dan gaji. Tapi masih sangat banyak hal lain yang bisa menjadi sumber kebahagiaan dan rasanya mungkin kita orang paling gila jika tidak bersyukur. Hayo.. hitung itu oksigen gratis yang sudah kamu habiskan sejak kita bayi. Hayo.. kamu sanggup bayar berapa Milyar untuk membeli damainya keluargamu sekarang? :)

Jadi, masih mau menyesali hidup? :)