Tuesday, April 12, 2011

Nasehat Kehidupan

Keimanan seseorang adakalanya meningkat dan adakalanya menurun. Karena memang manusia memiliki hawa nafsu memiliki akal, dah hati nurani. Ketika hawa nafsu yang menjadi pemain inti dalam kehidupan ini, maka akal dan hati nurani pun akan tertutup seakan-akan semua jalan yang kita lalui ini adalah benar, tanpa ada kontrol dari sebuah akal dan hati nurani yang suci. Ketika keimanan kita berada dalam tahap yang baik, Insya Allah hati nurani yang suci ini akan memainkan peranannya. Kita bisa jalan dengan tertawa terbahak-bahak di muka bumi ini, namun jika kita mau sejenak renungkan sesungguhnya kebahagiaan itu hanyalah kebahagiaan semu, kebahagiaan sesaat yang akan segera tergantikan oleh kehidupan gelap yang kita tak penah membayangkan.
Itulah kenapa manusia perlu mengaji, mendengarkan pengajian, membaca Al Quran dan sebagainya. Karena memang manusia penuh dengan tantangan, penuh dengan kenikmatan hidup dan kebahagiaan semua di dunia ini, yang jika kita salah memilih kita akan menyesal, sebesar-besarnya penyesalan. Coba kita renungkan ketika kita telah membaca sebuah surat Al Quran, atau bahkan hanya Al Fatihah saja, apa yang kita rasakan. Sebuah ketenangan, dan Insya Allah kebaikan yang lebih dalam hidup ini. Kemarin dalam sebuah khutbah Jum’at, Khotib berkata bahwa dalam sebuah huruf Al Quran yang dibaca itu mengandung 10 kebaikan, andaikan itu sebuah Basmallah saja, sudah mengandung 19 huruf, artinya ada 190 kebaikan disana. Hanya sebuah basmallah, bayangkan jika sebuah ayat panjang atau bahkan Al Quran penuh. Tak terbayangkan berapa banyak kebaikan yang kita dapatkan dari Sang Khalik, Allah SWT.
Ketika hati sudah membeku, atau bahkan mati. Mungkin kita masih hidup, bahkan dengan tertawa yang jika kita lihat seperti bahagia, namun hatinya hampa. Tak ada satupun kebahagiaan dan kedamaian yang ia rasakan. Ketika nasehat Islami dihadirkan, tak mau diri kita menyentuhnya. Ketika sebuah pesan dari seorang kawan kita terima dan itu berisi nasehat, tak mau kita membukanya. Padahal jika kita sadar, sesungguhnya hawa nafsu dan syetan sedang bermain disana. Kita selalu berkata, jangan dibuka, jangan dibaca nanti kalau kita tahu hukumnya kita jadi takut, kita jadi nggak bisa ini dan nggak bisa itu. Nanti aku bisa terkekang, dsb. Astaghfirllahaladhim, kita hidup disini, bukan kita sendiri yang menciptakan. Dan kita hidup di dunia ini bukanlah untuk kehidupan saat ini saja. Andaikan ada pikiran dalam diri kita, mumpung masih muda, mumpung belum punya istri, mumpung belum punya anak. Apa iya, kita yakin, usia kita akan sepanjang itu. Apa iya, perjalanan kita siang ini bisa kembali ke rumah dengan selamat. Bukankah hampir setiap hari berita buruk kita dengarkan, betapa banyak orang yang sakit yang takut akan hadirnya hari akhir. Kawan, kita masih harus bersyukur. Kita sehat, kita pandai, kita berada di tempat paling indah, kita punya kesempatan untuk berbagi dengan semua. Dengan orang yang membutuhkan, membuat orang tua bahagia, kerabat, sahabat, dan semuanya. Terlalu mahal kehidupan ini hanya untuk memikirkan suatu masalah dunia yang tidak ada ujung. Terlalu berharga waktu kita, cobalah kita pikirkan masa depan kita di dunia ini dan di akhirat kelak. Mumpung masih ada waktu, seperti sebuah lagu dari Ebiet G. Ade.
Banyak hal yang akan menghantarkan kita terhadap kedamaian ini. Sahabatku, saudaraku dimanapun kalian berada. Ingatkan aku ya, jika dengan nasehatmu aku tak berubah, mungkin hati ini telah mati. Doakan aku dan kalian semua tetap berada di Jalan Allah. Sebuah jalan kemenangan yang pasti akan tiba. Kebahagiaan yang sesungguhnya. Mungkin kita tidak berada di atas sekarang, mungkin kita masih di tengah atau malah dibawah, bersabar dan berusahalah, Insya Allah jalan itu pasti ada. Dengarkan nurani yang suci pada tiap dirimu, karena sesungguhnya manusia sejahat apapun pasti punya hati nurani. Coba kita tanyakan pada seorang pendusta, bagaimana perasaan dia setelah berucap dusta, pasti ada rasa bersalah meski hanya kecil. Coba kita tanyakan kepada seorang penjahat, jawabannya pun demikian. Kita perlu memohon ampun kepada Allah, instrospeksi diri, dan memperbaiki diri. Bukan jika kita telah tua kita baru bertaubat, bukan jika kita sudah menikah kita akan bertaubat. Ingat, hidup ini hanya Allah yang tahu. Dan semakin dini kita bermakna kepada setiap orang, Insya Allah semakin banyak kebaikan yang kita tanam, hidup yang sangat indah. Dan kebaikan tulus akan hadir pada diri kita, bukan yang meminta imbalan harta, bahkan kehormatan diri. Ingatkan aku ya saudaraku, mari berjuang dalam kebaikan, dan langitpun kan membawa kedamaian yang sesungguhnya. Tulisan ini ku hadiahkan untukmu semua saudaraku, Semoga Allah selalu melindungi kita, meridhoi jalan kita, dan memilihkan jalan yang terbaik untuk kebahagiaan di dunia ini dan kelak selamanya.Andaikan ada salah kata mohon diingatkan karena itu adalah kelemahanku sebagai manusia. Dan segala kebaikan datangnya dari Allah.

No comments:

Post a Comment