Tuesday, April 12, 2011

Positif dan Negatif

Positif, dan negatif. Bagaimana mengartikan kedua kata tersebut? Sangat mudah tentunya, karena keduanya saling berlawanan. Positif dan negatif, ya kira-kira hal itu yang ada dipikiran saya 1-2 hari ini. Entah mengapa saya merasa kebawa semangat negatif di lab baru ini, semangat minus yang memasuki pikiran bahkan jiwa saya. Menyeramkan… tentu saja, karena hal ini membuat saya malas untuk berkarya, suatu hal yang sangat tidak saya sukai tentunya. Entah mengapa pikiran saya jadi stagnan, malas ini dan itu. Rencana-rencana untuk membuat ini dan itu tidak selesai-selesai.
Tulisan ini mungkin hanya sebuah curhatan diri saya yang tidak ada artinya dibandingkan tulisan lain. Namun saya hanya ingin menyampaikan sesuatu, sekali lagi tentang positif dan negatif. Kita menyadari diri kita, bangsa kita bahkan hampir semua orang kita banyak teracuni pikiran-pikiran negatif. Pikiran yang menyatakan kalo tidak mau melakukan ini nanti sakit, tidak mau belajar nanti bodoh, dsb. Memang tidak salah, namun secara tidak langsung yang kita capai hanya tidak sakit, tidak bodoh dsb. Kita merasa cepat puas, merasa sudah cukup dengan usaha kita dan yang ada akhirnya kita tidak produktif lagi.
Mengapa kita belajar menggunakan kalimat positif. Jika belajar nanti pandai, jika rajin olahraga nanti sehat. coba kita renungkan mana yang lebih banyak kita ucap, mana yang lebih banyak kita dengar. Secara tidak langsung kata-kata nanti sakit, orang akan terpikir bahwa dirinya nanti sakit. Nanti bodoh, pastinya dia akan berpikir bodoh terus, baiklah jika bodohnya karena kita merasa kurang, akan belajar lagi, jika bodohnya pasrah saja, namanya juga sudah nasib bodoh. Kenapa tidak mencoba banyak berkata pintar, sehat, sukses, jaya, dst.
Coba kita lihat yang lebih menonjol di negeri ini selalu berita kriminal, kpk vs polri, perampokan, bom , dsb. Masyarakat mencintai itu semua, lupa bahwa kita juga punya banyak hal yang bisa kita banggakan. Banyak hal yang bisa kita lakukan. Ini mungkin sangat sederhana, tapi darisana yang ada hanya kata dendam, iri, dan dengki. Coba kita renungkan. Mengapa tidak ada liputan khusus tentang keberhasilan pendaki gunung kita mencapai puncak tertinggi, mengapa bukan berita utama tentang keberhasilan pelajar kita menjadi juara umum olimpiade dunia, mengapa bukan karya-karya anak bangsa yang kita apresiasi. Saya yakin dengan semua berita dan hal positif tadi, pikiran kita semakin terbuka, yang ada kebanggaan, kebahagiaan, bukan terus menerus sakit, dan sakit. Siapa yang akan mengobati rasa sakit bangsa ini? Kalo bukan kita, kalo bukan kita mencoba meraih prestasi yang terbaik di bidang kita masing-masing. Ingat, kita bukan melepas hal-hal yang buruk, namun hal buruk harus jadi pelajaran bagi kita, dan hal hal yang baik harus lebih banyak kita raih. Jika anak kecil bisa menjadi teroris karena berita di TV. Mengapa tidak mungkin anak kecil bercita-cita menjadi Juara Olimpiade setelah melihat negeri ini juga mampu berkarya. Mengapa Tidak???? Kita harus bisa.!!!

No comments:

Post a Comment