Pernahkah kamu merasa sebagai orang paling menderita di dunia. Ketika
kamu sedang mengalami kegagalan dalam ujian. Ketika kamu harus sakit dan
meninggalkan pekerjaanmu. Ketika kamu harus kehilangan orang yang kamu sayangi.
Saya ingin mengajak kamu sejenak berandai andai dan melayang dalam angan angan
ini bersama.
Sebelumnya matikan hp atau tv mu sejenak ya selama membaca. Saya = Aku =
Kamu, jadi ketika saya bilang saya tolong rasakan bahwa itu hatimu yang
berbicara.
“Aku lahir sekian tahun lalu. Di dunia ini dari kedua orang tua yang
sangat menyayangiku. Saat itu dunia sudah penuh dengan manusia, namun aku
beruntung aku masih bisa merasakan udara di dunia ini.”
“Saat aku bayi, aku dirawat ibuku, diberi asi dan selalu diperhatikan
setiap detiknya. Aku beruntung aku bisa merasakan kasih sayang paling tulus di
dunia, Iya kasih sayang ibuku.
Dan sekali lagi aku beruntung.”
“Saat aku beranjak di usia 2 tahun aku harus lepas dari ASI ibuku, dan
aku memulai untuk menjadi manusia seutuhnya yang terlepas dari susu paling baik
sedunia. Namun, aku masih mendapat suapan dari ibuku, uang hasil jerih payah
ayahku. Andaikan aku tidak disuapi ibuku pasti aku tidak bisa makan.
Dan sekali lagi aku beruntung.”
“Saat aku masuk usia TK. Aku belajar dari guru-guru TK ku, menyanyi,
menulis, menari. Bahkan aku pernah menggigit guru TK ku karena aku tidak sabar
saat aku ingin segera maju ke depan kelas. Namun, tak pernah sekalipun aku
dibentak atau dipukul guru TK ku.
Dan sekali lagi aku beruntung.”
“Saat aku SD aku belajar merangkai kata dan tulisan. Aku masih ingat “Ini
ibu budi”, “Ini ayah budi”. Pelajaran yang mungkin sekarang kita hanya tertawa
mengenang itu semua. Yah, itu semua jasa guru SD ku, mereka mungkin digaji
sebagai seorang guru. Tapi, pernahkah aku berpikir kalo gaji berapapun tak akan
ada nilainya tanpa ketulusan guru-guru SD ku, saat aku selalu mengulang
membaca, saat aku harus sembunyi di balik kelas dan guru SD-ku mencariku.
Pernahkan aku berpikir guru dibayar juga buat mencari aku saat aku sembunyi dan
bandel di kelas.
Dan sekali lagi aku beruntung.”
“Saat aku beranjak SMP aku mulai beranjak dewasa. Jauh lebih nakal
dibanding masa SD-ku. Aku sudah berani punya pacar, aku berani merokok, aku
berani membolos, dsb. Bahkan aku sudah mengerjai guru SMP ku agar tidak masuk
kelas. Sekali lagi, apakah aku berpikir kalo mereka semua tulus mengajariku
menjadi anak yang baik, tanpa mengharap imbalan dari kita.
Lagipula yang aku bayar pun tidak untuk guruku, guruku tak pernah
mendapat tambahan uang dari uang sekolah yang aku bayar.
Dan sekali lagi aku beruntung.”
“Saat aku SMA, aku mulai belajar bagaimana menjadi orang dewasa.
Bagaimana menjadi manusia yang paham akan hidup tidak hanya bersenang-senang.
Guru SMA mengajari aku tidak hanya untuk sekedar lulus dari SMA dan masuk PTN
favorit, tapi lebih dari itu guru SMA selalu mengingatkan aku agar tak pernah
sombong ketika kelak menjadi orang sukses. Aku tak pernah berpikir bagaimana
sampai kapanpun mereka tetap guru, dan aku sekarang sudah menjadi seorang
dokter, insinyur, profesor bahkan presiden. Mereka pun tak pernah meminta
bahkan sekedar senyumku untuk mereka. Aku bahkan sudah tak sempat lagi pergi
berkunjung, tapi mereka selalu ingat akan aku dan selalu mendoakan aku.
Dan sekali lagi aku beruntung.”
Aku dan Mereka.
Aku bisa hidup hingga sekarang juga atas mereka semua. Saat aku membaca
ini aku sudah menjadi orang. Aku sudah bekerja. Aku sudah menikah. Aku sudah
punya anak. Aku sudah punya rumah, mobil mewah.
Apakah pantas aku kecewa ketika aku saat ini sedang terpuruk. Ketika aku
harus menerima kegagalan dalam ujian ini. Ketika aku harus sakit saat ini.
Ketika aku harus rela usahaku gagal.
Rasanya aku hanya manusia paling tak bisa bersyukur di dunia ini. Sudah
banyak keberuntungan yang aku miliki. Ketika aku sadar bahwa dunia ini mungkin
gelap, aku sejenak mengingat saudaraku di luar sana.
Kisah tentang “film tanah surga”, kisah tentang “denias”, dan banyak
kisah yang aku baru ingat saat ini. Saat aku menulis tulisan ini. Aku sadar,
aku orang paling bahagia sekarang ini. Aku masih bisa hidup di jaman yang serba
gila yang semua seakan hanya dinilai dari uang dan materi.
Yah..
Inilah aku dan mereka..
Aku yang akhirnya ingat bahwa aku bahagia.
Aku yang akhirnya sadar aku lah orang beruntung.
Aku yang akhirnya paham bahwa banyak orang yang jauh lebih menderita.
Aku dan Mereka
Mereka semua pelita dalam setiap langkahku..
Tak akan pernah aku bisa membalas mereka semua..
Bahkan milyaran uangku pun tak bisa membalas jasa mereka meski sehari..
Dan aku sadar..
Aku semangat lagi..
Aku mau jadi manusia hebat lagi..
Dan mulai detik ini..
Aku akan ada untuk mereka..
Untuk membuat mereka semua bangga..
Hanya itu yang mampu aku lakukan..
Aku hanya ingin berbagi bahwa sesungguhnya kita, aku, kamu adalah orang
yang beruntung. Mau tahu buktinya?
“Kamu bisa baca semua yang aku tulis, kamu bisa merasakan aku adalah
kamu, kamu bisa berpikir dan merenung kan?”
Jadi jangan pernah merasa jadi orang yang teraniaya, jadi orang yang
selalu susah, jadi orang yang selalu merasa sial, dsb. Kita, aku dan kamu
adalah orang yang beruntung sejak kita lahir.
Ayo kita raih mimpi, wujudkan semua cita dan masa depan yang cerah untuk
buat mereka semua bangga.
No comments:
Post a Comment